SEBUAH gunung es yang terdapat di Antartika mengeluarkan air berwarna merah darah. Aliran air yang membentuk air terjun ini, membuat gunung es tersebut seperti menangis mengeluarkan darah. Pecahan yang terdapat di Gunung es Taylor itu menciptakan sebuah celah kecil di permukaan yang berwarna putih. Tentunya warna merah darah yang dikeluarkan gunung tersebut bukanlah darah asli.
Warna merah yang mengalir terus merupakan campuran air dengan zat besi yang tersembunyi di bawah permukaan gunung. Air itu sendiri berasal dari sebuah danau kuno yang terletak sekira 762 meter di dalam gunung es.Selain itu, para peneliti menyatakan warna merah juga disebabkan ekosistem mikroba yang tersimpan di dalam tanah selama 2 juta tahun dan berevolusi tanpa panas, cahaya, atau pun oksigen. Akhirnya bakteri dari zat tersebut mendaur ulang asam sulfat sebagai sumber eneri mereka. Air ini temperaturnya sangat dingin hingga mencapai minus 5 derajat celcius dan para ahli menilai air ini terlalu asin dan sulit untuk membeku. Air semacam ini sebelumnya hanya dapat ditemui di planet Mars.
Hujan Hewan ??
Hujan Ikan di Australia. Daily Telegraph telah melaporkan adanya Fenomena Alam yang Ajaib di Australia, yaitu berupa Hujan Ikan. Lebih dari dua hari, ikan-ikan kecil jatuh dari langit bersamaan dengan turunnya hujan di Lajamanu di Northern Territory.
Ini merupakan peristiwa ketiga kalinya dalam waktu kurang dari 30 tahun yang lalu Lajamanu dibombardir dengan hujan ikan. Berdasarkan laporan Northern Territory News, fenomena hujan ikan ini juga terjadi tahun 1974 dan 2004.
Para pakar cuaca mempercayai bahwa ikan itu sebenarnya disedot badai dari laut sebelum dibuang atau terlempar di atas kota kecil yang berjarak 326 mil dari sungai terdekat.
Mark Kersemakers, peramal senior di Australian Bureau of Meteorology, mengatakan, badai itu meraup ikan ke udara hingga setinggi 40.000 sampai 50.000.
Sebelumnya, pada Juni 2009 pernah terjadi Hujan Ikan di Jepang.
Matahari Kembar
Munculnya matahari kembar atau matahari baru menjadi perhatian para ilmuwan saat ini. 'Matahari kembar' ini tertangkap Teleskop Herschel dan disebut-sebut sebagai matahari baru, diperkirakan ukurannya akan lebih besar dibanding dengan matahari yang sekarang.
Kalau kita lihat sang calon bintang raksasa ini dalam citra teleskop tersebut tampak seperti sebuah gumpalan putih di tepi bawah gelembung. Embrio itu diperkirakan bisa tumbuh menjadi salah satu bintang terbesar dan yang paling cerah di galaksi dalam ratusan ribu tahun mendatang. Apa seperti artikel tentang kemunculan objek terang di luar angkasa yah?
Menurut info detektor inframerah yang di miliki oleh Teleskop Herschel mampu menangkap materi suhu rendah yang bisa melahirkan bintang, RCW 120 atau citra gelembung gas disinyalir dapat membantu untuk menjelaskan bagaimana proses sebuah bintang raksasa terbentuk. Waa canggih sekali yah teknologi yang di miliki oleh manusia sekarang ini, sampai-sampai kemunculan embrio bintang baru saja bisa di deteksi.
Menurut para peneliti juga di sinyalir calon bintang besar seperti matahari ini memiliki massa sekitar delapan hingga sepuluh kali lebih besar dibanding massa Matahari, dan dikelilingi begitu banyak material. Waw bisa kita bayangkan yah besar nya seperti apa, matahari yang ada di tata surya kita saja sudah sangat besar, ternyata ada lagi calon bintang yang masih jadi embrio bakal melebihi besarnya.
Info menyatakan jika saja ada banyak gas dan debu berjatuhan di embrio bintang baru tersebut maka objek baru luar angkasa ini mempunyai potensi untuk menjadi salah satu objek besar atau raksasa dalam Galaksi Bima Sakti, katanya juga jika saja ini terjadi maka kehadiran dari bintang baru pesaing dari matahari tersebut dapat mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar.
Ilmuwan Herschel, Dr. Annie Zavagno, dari Laboratoire d’Astrophysique de Marseille menyatakan, “Ini merupakan bintang besar yang mengontrol evolusi kimia dan kedinamisan galaksi,” ia juga menambahkan lagi “Ini merupakan bintang besar yang menciptakan elemen berat seperti besi dan elemen-elemen tersebut akan berada di ruang antar bintang. Dan karena bintang-bintang besar mengakhiri hidup mereka dengan ledakan supernova, mereka juga menyuntikkan energi besar ke galaksi.”
Hujan Darah
Menurut ilmuwan setempat unsur merah di dalam air tersebut adalah sel hidup, sel yang bukan berasal dari bumi
Hujan yang pertama jatuh di distrik Kottayam dan Idukki di wilayah selatan India. Bukan hanya hujan berwarna merah, 10 hari pertama dilaporkan turunnya hujan berwarna kuning, hijau dan bahkan hitam. Setelah 10 hari, intensitas curah hujan mereda hingga September.
Hujan tersebut turun hanya pada wilayah yang terbatas dan biasanya hanya berlangsung sekitar 20 menit per hujan. Para penduduk lokal menemukan baju-baju yang dijemur berubah warna menjadi merah seperti darah. Penduduk lokal juga melaporkan adanya bunyi ledakan dan cahaya terang yang mendahului turunnya hujan yang dipercaya sebagai ledakan meteor.
Contoh air hujan tersebut segera dibawa untuk diteliti oleh pemerintah India dan ilmuwan. Salah satu ilmuwan independen yang menelitinya adalah Godfrey Louis dan Santosh Kumara dari Universitas Mahatma Gandhi.
Mereka mengumpulkan lebih dari 120 laporan dari penduduk setempat dan mengumpulkan sampel air hujan merah dari wilayah sepanjang 100 km. Pertama kali mereka mengira bahwa partikel merah di dalam air adalah partikel pasir yang terbawa dari gurun Arab.
Hal ini pernah terjadi pada Juli 1968 dimana pasir dari gurun sahara terbawa angin hingga menyebabkan hujan merah di Inggris. Namun mereka menemukan bahwa unsur merah di dalam air tersebut bukanlah butiran pasir, melainkan sel-sel yang hidup.
Komposisi sel tersebut terdiri dari 50% Karbon, 45% Oksigen dan 5% unsur lain seperti besi dan sodium, konsisten dengan komponen sel biologi lainnya, dan sel itu juga membelah diri. Sel itu memiliki diameter antara 3-10 mikrometer dengan dinding sel yang tebal dan memiliki variasi nanostruktur didalam membrannya.
Namun tidak ada nukleus yang dapat diidentifikasi. Setiap meter kubik sampel yang diambil, terdapat 100 gram unsur merah. Jadi apabila dijumlah, maka dari Juli hingga September terdapat 50 ton partikel merah yang tercurah ke Bumi.
Di Universitas Sheffield, Inggris, seorang ahli mikrobiologis bernama Milton Wainwright mengkonfirmasi bahwa unsur merah tersebut adalah sel hidup. Hal ini dinyatakan karena Wainwright berhasil menemukan adanya DNA dari unsur sel tersebut walaupun ia belum berhasil mengekstraknya.
Karena partikel merah tersebut adalah sel hidup, maka para ilmuwan mengajukan teori bahwa partikel merah itu adalah darah. Menurut mereka, kemungkinan batu meteor yang meledak di udara telah membantai sekelompok kelelawar di udara. Namun teori ini ditolak karena tidak adanya bukti-bukti yang mendukung seperti sayap kelelawar yang jatuh ke bumi.
Dengan menghubungkan antara suara ledakan dan cahaya yang mendahului hujan tersebut, Louis mengemukakan teori bahwa sel-sel merah tersebut adalah makhluk ekstra terestrial. Louis menyimpulkan bahwa materi merah tersebut datang dari sebuah komet yang memasuki atmosfer bumi dan meledak di atas langit India.
Sebuah studi yang dilakukan oleh mahasiswa doktoral dari Universitas Queen, Irlandia yang bernama Patrick McCafferty menemukan catatan sejarah yang menghubungkan hujan berwarna dengan ledakan meteor.
McCafferty mengatakan, “kelihatannya ada hubungan yang kuat antara laporan hujan berwarna dengan aktivitas meteor, Hujan merah Kerala cocok dengan pola-pola tersebut dan tidak dapat diabaikan begitu saja.
0 comments:
Posting Komentar